Kejagung Tangkap Lagi Tersangka Kasus Kurupsi PT Timah Tbk.
Keterangan foto : Kapuspenkum Kejagung Harli Siregar. |
JAKARTA, BERITAONE.CO.ID-Tim Penyidik Direktorat Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (JAM PIDSUS) berhasil menangkap Tersangka AA di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Dr. Harli Siregar di Jakarta, Kamis (5/12)2024)
Dijelaskannya Penangkapan ini terkait dengan dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan tata niaga komoditas timah di Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk antara tahun 2015 hingga 2022.
Penangkapan Tersangka AA dilakukan berdasarkan Surat Perintah Penangkapan dari Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (JAMPIDSUS) Nomor: Print-57/F.2/Fd.2/10/2023 dan Surat Penyidikan yang dikeluarkan pada Maret 2024 dimana tersangka melanggar Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 3 jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP,” jelas Harli.
“Setelah ditangkap, AA dibawa ke Gedung Menara Kartika Kejaksaan Agung untuk menjalani pemeriksaan kesehatan, kemudian diserahkan kepada Penuntut Umum di Kejaksaan Negeri Selatan,” ujar Harli..
Kapuspenkum Kejagung mengatakan, tersangka AA sebelumnya sudah ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Sungailiat, Bangka, dalam kasus tindak pidana korupsi pengadaan peralatan washing plant PT Timah Tbk yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Bangka Belitung.
“Dalam perkara terbaru ini, AA yang menjabat sebagai Direktur Operasi Produksi PT Timah Tbk pada periode 2017–2020, bersama dengan beberapa terdakwa lainnya, diduga terlibat dalam kebijakan membeli bijih timah dari penambang ilegal di wilayah IUP PT Timah Tbk,” katanya.
Selain itu, mereka diduga menjalankan praktik korupsi dengan membeli bijih timah melalui perusahaan-perusahaan afiliasi yang terlibat dalam perdagangan timah ilegal, serta menetapkan biaya pemurnian yang jauh lebih tinggi daripada harga pasar dan mengakibatkan negara mengalami kerugian yang sangat besar, yakni mencapai Rp300 triliun lebih.
Kasus ini menjadi perhatian besar mengingat besarnya kerugian negara yang ditimbulkan dan dampaknya terhadap industri pertambangan timah di Indonesia. (SUR).
No comments