Rumah Busana Riyadi Menyulap Daun Nanas Menjadi Kain
PRABUMULIH, BERITAONE.CO.ID -- Kain tenun dari serat daun nanas asal Kota Prabumulih, Sumatera Selatan tampil beda dan modis. Inovasi yang dihasilkan UMKM Sentra Tenun Serat Nanas Riady asal Kota Prabumulih ini, diawali oleh para ibu-ibu yang bingung dengan melimpahnya limbah daun dan kulit nanas di daerah Kota Prabumulih. Salah satunya Rita, pengrajin dan pemilik sentra tenun Riady yang beralamat di Jalan Cendrawasi RT 05 RW 02 Kelurahan Gunung Ibul Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih.
Dengan luas lahan perkebunan nanas di Kota Prabumulih mencapai 18,110 hektare dengan jumlah produksi 45,574 ton. Tentu, hasil produksi nanas itu akan menyisakan tumpukan daun dan kulitnya jika tak dimanfaatkan.
Awalnya karena melihat limbah nanas di Prabumulih banyak melimpah, karena produksi nanas di sana melimpah, terutama daunnya menjadi limbah, jadi dari sana kita manfaatkan," kata Rita kepada beritaone co.id
Rita menceritakan, karena kondisi itu, ia bersama para ibu-ibu di lingkungannya berinisiatif mengolah daun nanas menjadi serat benang, dan kulitnya menjadi pewarna alami. Dengan 10 kg daun nanas, mereka bisa memproduksi 1 kg serat benang yang kuat.
"Buahnya sudah matang kita tebang, daunnya kita ambil untuk jadi serat. Ini melalui proses ada mesin dekortikator, jadi dari daun ke serat masuk ke mesin dekortikator dari sana baru serat itu kita butuhkan untuk keperluan apa," tutur Rita.
Rita sudah menggeluti industri kreatif dari serat nanas ini sejak dua tahun 2019 Dengan 10 alat tenun yang ia miliki, ia mampu memproduksi 40-50 kain hasil pengolahan serat nanas menjadi kain. Ia pun sudah memiliki kain kualitas ekspor.
"Kalau misalnya untuk ekspor berarti speknya harus halus, kalau home decor kasar, tapi untuk spek benang antara kasar sama halus, dari benang untuk menjadikan kain," ucapnya.
Berbekal hasil riset Balitbang Pemkot Prabumulih terhadap kualitas serat nanas Prabumulih, ia mampu memproduksi berbagai olahan serat nanas, mulai dari benangnya sendiri, kain, hingga produk jadi seperti pakaian dan berbagai bentuk tas.
"Awalnya sendiri, sekarang sudah ada 8 karyawan, itu untuk tenun, dari serat ke benang banyak orangnya, kita libatkan ibu-ibu yang enggak punya pekerjaan kita berdayakan," ungkap Rita.
Rita mengaku, mampu meraup omzet bulanan sekira Rp 7 sampai Rp 8 juta/bulan dari hasil kerajinan tersebut. Namun, menurutnya omzet itu masih terbilang kecil lantaran permintaan ekspor yang ia peroleh dari Malaysia belum mampu terpenuhi karena keterbatasan alat dan sumber daya manusia (SDM) sebagai penenun.
"Karena barang kita terbatas, kita enggak bisa penuhi pesenan. Tapi kalau dari daun ke serat halus sudah diekspor ke Singapura, alhamdulillah sampai sekarang masih terus jalan, jadi ini peluangnya sangat besar," ucap Rita.
Produksi industri kreatif serat nanas memang bukan satu-satunya dihasikan dari Prabumulih, ada juga dari Subang. Harga pasaran untuk serat nanas halus berkisar Rp 150.000 untuk lokal dan Rp 180.000 untuk ekspor, sedangkan kain 180 cm x 60 cm sekitar Rp 500.000 per lembar.
Melihat peluang yang baik terhadap limbah nanas yang selama ini dibuang sia-sia, Rita mulai mendalami bagaimana agar limbah daun nanas dapat dijadikan serat daun nanas sehingga bisa di ekspor tentunya dengan kualitas yang baik. Untuk meningkatkan produksi serat daun nanas
Usaha yang ditekuni Rita kini berbuah manis, tentunya berkat dukungan dari PT. Pertamina Hulu Rokan Zona 4 dan Pemerintah Kota Prabumulih melalui Dinas Pertanian Kota Prabumulih serta Penyuluh Pertanian dilapangan sehingga serat daun nanas yang sudah diproduksi dapat menembus pasar internasional terbukti dengan adanya kerjasama dengan Perusahaan asing Nextevo Pte. Ltd Singapura, dimana setelah kunjungan CEO Mr. Haraold Koh semakin membuat Rita bersama UMKM dan gabungan petani nanas lainnya semangat untuk memprodukai serat nanas.
“Berapapun jumlah serat nanas yang kami produksi pasti di ekspor, karena permintaan serat nanas ini cukup tinggi”,ujar Rita.
Rita menunjukkan bagaimana proses mulai dari mereka memproduksi serat daun nanas.
Serat daun nanas didapatkan dari daun nanas yang sudah di pilih sesuai dengan standar yaitu berumur 1-1,5 tahun dan berukuran 60 cm. Daun nanas kemudian di ekstraksi menggunakan mesin Decorticator untuk memisahkan daging daun dan serat nanas, serat nanas yang diperoleh kemudian di cuci dan dibersihkan, setelah itu dijemur dibawah sinar matahari selama 1-2 hari.
Serat daun nanas menjadi angin segar bagi petani nanas, selain dapat menangani limbah sekarang dapat menjadi sumber ekonomi petani nanas.
Karena itu menurutnya sangat tepat jika LPN Malaysia melirik kerja sama dalam hilirisasi komoditi nanas di Kota Prabumulih.
"Tanaman nanas merupakan komoditas yang sangat menjanjikan untuk digarap hingga hilirisasi. Oleh karena itu, pihak kami sangat senang jika LPN Malaysia ingin bekerja sama.
Beberapa waktu lalu, Sheik Umar Bin Baghari Ali dari LPN Malaysia dalam kunjungannya ke Sumsel untuk belajar mengenai budidaya dan pemanfaatan nanas, khususnya pembuatan benang dari serat nanas.
Dia meyakini potensi yang sangat besar di Sumsel khususnya Prabumulih.
"Nanti kami akan lihat dari segi bahan mentahnya, semoga memberikan kebaikan bagi kedua belah pihak. Kami tertarik untuk memahami dan mengetahui cara serat nanas ini menjadi benang," kata Sheik Umar.
Sheikh Umar mengungkapkan pihaknya memilih kunjungan ke Kota Prabumulih dikarenakan pengelolaan nanas di Indonesia banyak terpusat di daerah tersebut.
"Kami melakukan kunjungan untuk belajar dengan terperinci lagi dan melihat apa saja prospek-prospek yang ada dalam industri nanas," ujarnya.
Melihat potensi tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumbedaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dalam berbagai kesempatan selalu mengangkat tentang pentingnya petani milenial.
“Menjadi petani milenial itu keren, kenapa keren? Karena melibatkan teknologi dalam prosesnya sehingga hasil pertanian lebih produktif dan waktu lebih efisien,” tegasnya.
Siska Antoni adalah seorang petani milenial muda yang giat membudidayakan nanas di tempat asalnya Kota Prabumulih, luasan lahan yang dikelola seluas 12 Ha yang berlokasi di Kelurahan Karang Jaya Kota Prabumulih.
Nanas adalah komoditas tanaman buah yang menjadi ciri khas Kota Prabumulih Provinsi Sumatera Selatan, nanas yang berasal dari Kota Prabumulih terkenal dengan cita rasa yang manis. Nanas memiliki peluang usaha yang besar dalam dunia pertanian, permintaan nanas dimasyarakat sangat tinggi dimana sebagai buah sumber vitamin C, selain buah nanas sendiri memiliki hasil sampingan nanas mulai dilirik oleh pengusaha asing sebagai bahan baku tekstil.
"Mungkin ke depannya bisa diperluas di sektor lain atau mungkin fashion, dan industri lainnya," harapnya.
Ia berharap kerja sama yang dilakukan tersebut dapat dikembangkan tidak hanya terbatas pada sektor hirilisasi saja. (Mk)
No comments