Kain Songket Palembang di Klaim Milik Malaysia, Hafiz Ramadhonie : Kita Akan Surati UNESCO.
Hafiz Ramadhonie Ketua Umum HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) BPC Kota Palembang |
PALEMBANG ,BERITA–ONE.COM- Kabar mengejutkan di keluarkan oleh akun twitter resmi UNESCO @unesco pada 15 Desember 2021. UNESCO adalah lembaga PBB yang bertugas pada perlindungan situs-situs sejarah dan budaya. Pada cuitan akun tersebut disebutkan bahwa Songket resmi menjadi intangible heritage atau warisan budaya tak benda milik Malaysia.
Menurut Wikipedia, Songket adalah jenis kain tenun tradisional asli Indonesia yang asal usulnya berasal dari pulau Sumatra. Secara etimologi, istilah "songket" berasal dari lakuran kata dalam bahasa Palembang yakni "songsong" + "teket" yang artinya "songsong" dan "sulam" secara berturutan, hal ini berkaitan atau merujuk pada metode pembuatan tenunan Songket itu sendiri; yakni dengan mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas.
Menyikapi keputusan UNESCO ini, Hafiz Ramadhonie yang menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) BPC Kota Palembang sangat menyayangkan keputusan UNESCO ini. Menurutnya UNESCO harusnya lebih teliti lagi dalam mengeluarkan keputusan, melakukan riset mendalam dan investigasi lapangan. Selaku lembaga dunia, Hafiz meyakini keputusan UNESCO tersebut tentu telah melewati serangkaian riset, namun pada tahapan riset harusnya dipublikasi juga, sehingga jika ada sanggahan dari pihak-pihak yang merasa memiliki bisa diakomodir aspirasinya.
Sepengetahuan saya Malaysia tidak ada sentra-sentra pengrajin kain tenun Songket, berbeda dengan di Palembang, kita bisa jumpai sentranya seperti di kawasan Tangga Buntung, bahkan hampir disetiap lemari perempuan Palembang ada kain songket, tambah Hafiz Ramadhonie yang juga Ketua Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia kota Palembang.
Menindak lanjuti keputusan UNESCO tersebut, pihaknya akan mempelajari keputusan ini lebih mendalam dan secara organisasi HIPMI Kota Palembang berencana akan menyurati UNESCO. Selain itu akan menjadi motor penggerak untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Palembang, dinas terkait, dan tentunya kalangan pengusaha Songket untuk bersama-sama masyarakat menindak lanjuti hal ini. “Kita tidak ingin menyalahkan siapa pun, kami mengajak bersama-sama kita tindak lanjuti keputusan UNESCO ini”, tutup pria berkacamata ini tegas.
Cuitan akun twitter UNESCO ini sendiri, menuai beragam komentar dari warganet, sebagian besar menyangkan keputusan UNESCO dan menyampaian bahwa Songket adalah milik Palembang. (B1)
No comments