Direktur RSUD dr. Fauziah Bireuen Mencari Tahu Pelaku Pembentangan Sajadah Sebagai Alas Kaki. .
Direktur RSUD dr. Fauziah Bireuen, dr Mukhtar, MARS (kanan), didampingi Wakil Direktur I, dr. Irwan A. Gani. |
BIREUEN ,BERITA-ONE.COM – Direktur RSUD dr. Fauziah Bireuen, dr. Mukhtar, MARS, mengklarifikasi tentang kabar yang berkembang terkait pemakaian sajadah sebagai alas kaki saat penyambutan Tim Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) di halaman rumah sakit , Kamis (14/12/2017).
Menurut Mukhtar, kejadian tersebut di luar skenario pihak manajemen rumah sakit. Artinya, tidak diskenariokan dalam penyambutan Tim Akreditasi itu, harus ada pemakaian karpet merah segala, sebagaimana lazimnya dalam penyambutan pejabat penting.
Karena itu, pihak rumah sakit tidak menyediakan karpet merah untuk menyambut tamu Makanya, karena memang karpet merah itu tak dibutuhkan, tidak perlu juga digantikan dengan yang lain. Apalagi, menggantinya dengan sajadah yang sangat sensitif di salahgunakan.
“Itu memang tidak ada dalam skenario kami. Makanya, waktu saya berjalan hari itu juga tidak tahu sudah digelar sajadah. Orang itu (Tim KARS) juga tidak mau kita sambut secara berlebihan. Kain saja kita sangkut pada mereka, tidak mau. Hanya mereka pakai sebentar, kemudian dikembalikan lagi,” kata Mukhtar kepada wartawan Bireuen di sebuah ruangan gedung administrasi rumah sakit tersebut, Sabtu (16/12/2017).
Dia menduga, kemungkinan besar ada orang-orang tertentu yang melakukan itu dengan maksud tertentu. Misalnya, ingin mempermalukan dan menjatuhkan dirinya.hal lain juga sudah banyak terjadi sebelumnya terhadap dirinya, hanya saya " kata Mukhtar dia masih berdiam diri dulu akan tetapi terus mencari tahu kebenaranya.
Kalau tujuannya untuk mempengaruhi penilaian Tim KARS, dengan perlakuan demikian, Mukhtar merasa itu tidak berpengaruh apa-apa. Sebab, penyambutan tersebut tidak masuk dalam item penilaian. Dia lebih meyakini, tindakan tersebut bertujuan untuk mendiskreditkannya dan juga pimpinan RSUD dr. Fauziah Bireuen lainnya.
Ketika disinggung, kalaupun ada orang-orang tertentu saat itu yang berniat jahat membentangkan sajadah sebagai alas kaki, kenapa tidak ada yang melarangnya? Mukhtar menjawabnya, saat itu semua sedang terfokus pada penyambutan tim tersebut dengan tarian ranup lampuan.
“Saat tim tersebut menuju teras rumah sakit, kok tiba-tiba sudah terbentang sajadah. Dokter Jol (dr. Zulkarnain Adam, Wakil Direktur II RSUD dr. Fauziah-red), sempat terkejut karena dia menyadari sudah berjalan di atas sajadah. Mau minggir, tidak mungkin lagi,” jelas Mukhtar yang saat dikonfirmasi didampingi dr. Irwan A. Gani, Wakil Direktur I RSUD dr. Fauziah Bireuen.
Dia sendiri mengaku, baru mengetahui ada kejadian pemakaian sajadah sebagai alas kaki saat penyambutan tim tersebut, keesokan harinya. Itupun, setelah diperlihatkan fotonya oleh salah seorang dokter.
Atas insiden yang di luar jangkauan dan perhitungannya itu, Mukhtar bersama seluruh manajemen rumah sakit, sedang berusaha mencari siapa pelaku pengkhianat yang telah menyalahgunakan sajadah itu. Termasuk, menelusuri siapa aktor intelektualnya. Kalau kedapatan, kita kenakan sanksi sesuai ketentuan maupun hukum yang berlaku. Sebab, perlakuan itu sudah di luar kewajaran dan berda
mpak buruk terhadap kredibilitas RSUD dr. Fauziah, khususnya dan Kabupaten Bireuen pada umumnya.
“Yang jelas,dikatakan Mukhtar kejadian ini tidak dapat dibenarkan dan sangat kami sesali. Karena itu, saya selaku Direktur RSUD dr. Fauziah Bireuen, memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan pihak terkait lainnya, atas insiden yang sama-sama tidak kita inginkan ini,” pinta Mukhtar dengan penuh penyesalan.dirinya juga berusaha untuk terus waspada setelah kejadian ini terjadi. ( Hen).
Menurut Mukhtar, kejadian tersebut di luar skenario pihak manajemen rumah sakit. Artinya, tidak diskenariokan dalam penyambutan Tim Akreditasi itu, harus ada pemakaian karpet merah segala, sebagaimana lazimnya dalam penyambutan pejabat penting.
Karena itu, pihak rumah sakit tidak menyediakan karpet merah untuk menyambut tamu Makanya, karena memang karpet merah itu tak dibutuhkan, tidak perlu juga digantikan dengan yang lain. Apalagi, menggantinya dengan sajadah yang sangat sensitif di salahgunakan.
“Itu memang tidak ada dalam skenario kami. Makanya, waktu saya berjalan hari itu juga tidak tahu sudah digelar sajadah. Orang itu (Tim KARS) juga tidak mau kita sambut secara berlebihan. Kain saja kita sangkut pada mereka, tidak mau. Hanya mereka pakai sebentar, kemudian dikembalikan lagi,” kata Mukhtar kepada wartawan Bireuen di sebuah ruangan gedung administrasi rumah sakit tersebut, Sabtu (16/12/2017).
Dia menduga, kemungkinan besar ada orang-orang tertentu yang melakukan itu dengan maksud tertentu. Misalnya, ingin mempermalukan dan menjatuhkan dirinya.hal lain juga sudah banyak terjadi sebelumnya terhadap dirinya, hanya saya " kata Mukhtar dia masih berdiam diri dulu akan tetapi terus mencari tahu kebenaranya.
Kalau tujuannya untuk mempengaruhi penilaian Tim KARS, dengan perlakuan demikian, Mukhtar merasa itu tidak berpengaruh apa-apa. Sebab, penyambutan tersebut tidak masuk dalam item penilaian. Dia lebih meyakini, tindakan tersebut bertujuan untuk mendiskreditkannya dan juga pimpinan RSUD dr. Fauziah Bireuen lainnya.
Ketika disinggung, kalaupun ada orang-orang tertentu saat itu yang berniat jahat membentangkan sajadah sebagai alas kaki, kenapa tidak ada yang melarangnya? Mukhtar menjawabnya, saat itu semua sedang terfokus pada penyambutan tim tersebut dengan tarian ranup lampuan.
“Saat tim tersebut menuju teras rumah sakit, kok tiba-tiba sudah terbentang sajadah. Dokter Jol (dr. Zulkarnain Adam, Wakil Direktur II RSUD dr. Fauziah-red), sempat terkejut karena dia menyadari sudah berjalan di atas sajadah. Mau minggir, tidak mungkin lagi,” jelas Mukhtar yang saat dikonfirmasi didampingi dr. Irwan A. Gani, Wakil Direktur I RSUD dr. Fauziah Bireuen.
Dia sendiri mengaku, baru mengetahui ada kejadian pemakaian sajadah sebagai alas kaki saat penyambutan tim tersebut, keesokan harinya. Itupun, setelah diperlihatkan fotonya oleh salah seorang dokter.
Atas insiden yang di luar jangkauan dan perhitungannya itu, Mukhtar bersama seluruh manajemen rumah sakit, sedang berusaha mencari siapa pelaku pengkhianat yang telah menyalahgunakan sajadah itu. Termasuk, menelusuri siapa aktor intelektualnya. Kalau kedapatan, kita kenakan sanksi sesuai ketentuan maupun hukum yang berlaku. Sebab, perlakuan itu sudah di luar kewajaran dan berda
mpak buruk terhadap kredibilitas RSUD dr. Fauziah, khususnya dan Kabupaten Bireuen pada umumnya.
“Yang jelas,dikatakan Mukhtar kejadian ini tidak dapat dibenarkan dan sangat kami sesali. Karena itu, saya selaku Direktur RSUD dr. Fauziah Bireuen, memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan pihak terkait lainnya, atas insiden yang sama-sama tidak kita inginkan ini,” pinta Mukhtar dengan penuh penyesalan.dirinya juga berusaha untuk terus waspada setelah kejadian ini terjadi. ( Hen).
No comments