Presiden Jokowi : Jangan Ada Agenda Politik Runtuhkan NKRI.
Jakarta,BERITA-ONE.COM.-Pesiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh umat Islam Indonesia untuk kembali kepada semangat ta’awun, semangat bekerja sama, semangat saling tolong-menolong dalam segala aspek kehidupan, dalam semua aspek kehidupan untuk mewujudkan Indonesia yang maju, Indonesia berdaulat, Indonesia yang bermartabat, Indonesia yang berkepribadian, Indonesia yang adil, dan makmur.
“Kita harus pegang komitmen kebangsaan kita. Tidak boleh lagi diantara kita ada yang mempunyai agenda lain, ada yang mempunyai agenda politik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan untuk meruntuhkan NKRI yang berbhineka Tunggal Ika,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Halaqah Nasional Alim Ulama Majelis Dzikir Hubbul Wathon, di Flores Ballroom Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (13/7) malam.
Mengulang penegasan yang disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin,
Presiden menegaskan, tidak boleh lagi di antara kita ada yang memiliki agenda mengganti negara kita dengan sistem pemerintahan dan kenegaraan yang bertentangan dengan Pancasila.
Beruntung Miliki Pancasila
Sebelumnya pada bagian awal pidatonya, Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa Indonesia adalah negara besar, yang memiliki 17.000 pulau, 714 suku yang berbeda-beda, 1.100 lebih bahasa lokal, dan 516 kabupaten dan kota dan 34 provinsi..
“Negara kita ini besar sekali. Inilah anugrah Allah yang diberikan kepada negara kita,” ujar Presiden Jokowi.
Inilah, menurut Kepala Negara, Inilah yang akhir-akhir ini para Presiden, Perdana Menteri, dan raja menyampaikan Indonesia bisa dijadikan rujukan, menjadi contoh, menjadi model bagi negara-negara lain.
“Jadi kalau ada beragamnya seperti itu kalau ada gesekan dikit-dikit ya nggak apa-apalah. Namanya orang hidup. Kalau lurus- lurus kan enggak menarik. Bergesekan tapi dikit-dikit, jangan sampai melebar ke mana-mana,” tutur Kepala Negara.
Kepala Negara meyakini, kerukunan persatuan atas keberagaman yang ada di negara kita, kekaguman dunia pada kerukunan Indonesia, terjadi karena kemampuan umat Islam Indonesia dalam menerapkan Islam yang rahmatan lil alamin. Bukan hanya diucapkan tetapi di implementasikan/ dilaksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Karena itu, Presiden Jokowi berharap para ulama terus berperan aktif menuntun umat pererat tali silaturahim, mempererat kerukunan, bukan hanya kerukunan antara umat Islam sendiri, bukan hanya ukhuwah Islamiyyah kita tetapi juga ukhuwah wathoniyah kita dan lebih besar lagi ukhuwah basyariyah, sehingga, antara anak-anak bangsa dalam semangat persaudaraan, dalam semangat kerukunan, dalam semangat persatuan.
“Karena sudah menjadi kodrat bangsa Indonesia untuk selalu ditantang dalam mengelola keberagaman ini, dalam mengelola kemajemukan kita, dalam mengelola kebhinekaan kita,” sambung Presiden.
Presiden setujui dengan pernyataan Ketua Umum MUI KH. Ma’ruf Amin, bahwa kita beruntung memiliki Pancasila, ideologi negara dan pandangan hidup bangsa, yang menjadi panduan kita bersama dalam menjalani langkah dalam menempuh perjalanan sejarah sebagai sebuah bangsa yang majemuk, bangsa yang beragam.
Ia menegaskan, Pancasila dengan Islam bukan untuk dipertentangkan, bukan pula untuk dipisahkan. “Pancasila itu dasar negara, sekali lagi, Pancasila itu dasar negara, Islam itu akidah yang harus kita pedomani,” tutur Kepala Negara.
Acara Halaqah Nasional Alim Ulama bertemakan Memperkokoh landasan ke-Islam-an nasionalisme Indonesia itu dihadiri sejumlah ulama, di antaranya Ketua Umum MUI KH Prof Dr Ma’ruf Amin, Ketua Umum PBNU Prof Sa’id Agil Siradj, KH Maimun Zubair, Kyai Miftahul Akhiyar, Kyai Anwar Mansur, dan Tuan Guru Turmudzi.
Humas Seskab mengatakan, Presiden Jokowi pada kesempatan itu didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Iriawan. (SUR).
“Kita harus pegang komitmen kebangsaan kita. Tidak boleh lagi diantara kita ada yang mempunyai agenda lain, ada yang mempunyai agenda politik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan untuk meruntuhkan NKRI yang berbhineka Tunggal Ika,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Halaqah Nasional Alim Ulama Majelis Dzikir Hubbul Wathon, di Flores Ballroom Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (13/7) malam.
Mengulang penegasan yang disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin,
Presiden menegaskan, tidak boleh lagi di antara kita ada yang memiliki agenda mengganti negara kita dengan sistem pemerintahan dan kenegaraan yang bertentangan dengan Pancasila.
Beruntung Miliki Pancasila
Sebelumnya pada bagian awal pidatonya, Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa Indonesia adalah negara besar, yang memiliki 17.000 pulau, 714 suku yang berbeda-beda, 1.100 lebih bahasa lokal, dan 516 kabupaten dan kota dan 34 provinsi..
“Negara kita ini besar sekali. Inilah anugrah Allah yang diberikan kepada negara kita,” ujar Presiden Jokowi.
Inilah, menurut Kepala Negara, Inilah yang akhir-akhir ini para Presiden, Perdana Menteri, dan raja menyampaikan Indonesia bisa dijadikan rujukan, menjadi contoh, menjadi model bagi negara-negara lain.
“Jadi kalau ada beragamnya seperti itu kalau ada gesekan dikit-dikit ya nggak apa-apalah. Namanya orang hidup. Kalau lurus- lurus kan enggak menarik. Bergesekan tapi dikit-dikit, jangan sampai melebar ke mana-mana,” tutur Kepala Negara.
Kepala Negara meyakini, kerukunan persatuan atas keberagaman yang ada di negara kita, kekaguman dunia pada kerukunan Indonesia, terjadi karena kemampuan umat Islam Indonesia dalam menerapkan Islam yang rahmatan lil alamin. Bukan hanya diucapkan tetapi di implementasikan/ dilaksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Karena itu, Presiden Jokowi berharap para ulama terus berperan aktif menuntun umat pererat tali silaturahim, mempererat kerukunan, bukan hanya kerukunan antara umat Islam sendiri, bukan hanya ukhuwah Islamiyyah kita tetapi juga ukhuwah wathoniyah kita dan lebih besar lagi ukhuwah basyariyah, sehingga, antara anak-anak bangsa dalam semangat persaudaraan, dalam semangat kerukunan, dalam semangat persatuan.
“Karena sudah menjadi kodrat bangsa Indonesia untuk selalu ditantang dalam mengelola keberagaman ini, dalam mengelola kemajemukan kita, dalam mengelola kebhinekaan kita,” sambung Presiden.
Presiden setujui dengan pernyataan Ketua Umum MUI KH. Ma’ruf Amin, bahwa kita beruntung memiliki Pancasila, ideologi negara dan pandangan hidup bangsa, yang menjadi panduan kita bersama dalam menjalani langkah dalam menempuh perjalanan sejarah sebagai sebuah bangsa yang majemuk, bangsa yang beragam.
Ia menegaskan, Pancasila dengan Islam bukan untuk dipertentangkan, bukan pula untuk dipisahkan. “Pancasila itu dasar negara, sekali lagi, Pancasila itu dasar negara, Islam itu akidah yang harus kita pedomani,” tutur Kepala Negara.
Acara Halaqah Nasional Alim Ulama bertemakan Memperkokoh landasan ke-Islam-an nasionalisme Indonesia itu dihadiri sejumlah ulama, di antaranya Ketua Umum MUI KH Prof Dr Ma’ruf Amin, Ketua Umum PBNU Prof Sa’id Agil Siradj, KH Maimun Zubair, Kyai Miftahul Akhiyar, Kyai Anwar Mansur, dan Tuan Guru Turmudzi.
Humas Seskab mengatakan, Presiden Jokowi pada kesempatan itu didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Iriawan. (SUR).
No comments