Batching Plane PT Gajah Mada Berdiri Tanpa Izin
Batching Plane PT Gajah Mada |
PRABUMULIH,BERITA-ONE.COM-Kementerian PU melalui PU Balai Besar Jalan II Sumsel tahun 2017 ini diketahui telah menganggarkan dana perbaikan jalan lingkar di kota Prabumulih sebesar Rp 40 miliar. Pihak ketiga pemenang tender yang mengerjakan perbaikan yakni PT Gajah Mada.
Selaku pemenang tender pihak perusahaan kemudian mendirikan matching plane (tempat pembuatan cor beton, red). Hanya saja pendirian matching plane tersebut tidak disertai dengan izin pendirian. Hal itu membuat masyarakat sekitar khawatir akan dampak polusi dari sisa debu semen, yang bisa menimbulkan penyakit.
"Matching plane ini berdiri tanpa ada izin dari Pemkot Prabumulih. Kami khawatir lingkungan kami tercemar sisa debu semen yang bisa mengganggu pernapasan," ujar Yit (38) ketika dikonfirmasi awak media, Kamis (6/7) pagi.
Yit menambahkan, sejauh ini perbaikan jalan lingkar yang menggunakan dana APBN yang saat ini dikerjakan oleh PT Gajah Mada tidak terdapat papan proyek. Selain itu untuk ukuran lebar, panjang dan ketebalan coran juga tidak ada dan titik-titik tempat yang akan diperbaiki juga tidak ada pemberitahuan. Hal ini terkesan pihak kontraktor tidak ingin masyarakat tahu adanya proyek miliaran tersebut.
"Informasinya PT Gajah Mada yang menang tender memperbaiki jalan lingkar. Hanya saja sejauh ini pengerjaan perbaikan jalan lingkar yang dilakukan pihak ketiga belum menunjukkan hasil, bahkan terlihat makin rusak saja. Sayang saja dana miliaran habis sia-sia kalau perbaikannya seperti ini," ungkapnya.
Sementara itu, pengawasan lapangan dan pengawas pembangunan matching plane PT Gajah Mada, Yusril ketika ditemuin awak media untuk dikonfirmasi terkesan arogan. Bahkan ketika ditanya apakah pendirian matching plane PT Gajah Mada di jalan lingkar ada izin nya, Yusril tidak dapat banyak kata dan tidak dapat menunjukkan bukti surat izin pendirian.
"Saya hanya mengawasi saja. Kalau soal izin matching plane ini saya tidak tahu pak. Silakan saja datang ke kantor di Palembang. Nah kalau untuk perbaikan sejauh ini jalan lingkar sudah dilakukan perbaikan dibebeapa titik," pungkasnya (MK)
Selaku pemenang tender pihak perusahaan kemudian mendirikan matching plane (tempat pembuatan cor beton, red). Hanya saja pendirian matching plane tersebut tidak disertai dengan izin pendirian. Hal itu membuat masyarakat sekitar khawatir akan dampak polusi dari sisa debu semen, yang bisa menimbulkan penyakit.
"Matching plane ini berdiri tanpa ada izin dari Pemkot Prabumulih. Kami khawatir lingkungan kami tercemar sisa debu semen yang bisa mengganggu pernapasan," ujar Yit (38) ketika dikonfirmasi awak media, Kamis (6/7) pagi.
Yit menambahkan, sejauh ini perbaikan jalan lingkar yang menggunakan dana APBN yang saat ini dikerjakan oleh PT Gajah Mada tidak terdapat papan proyek. Selain itu untuk ukuran lebar, panjang dan ketebalan coran juga tidak ada dan titik-titik tempat yang akan diperbaiki juga tidak ada pemberitahuan. Hal ini terkesan pihak kontraktor tidak ingin masyarakat tahu adanya proyek miliaran tersebut.
"Informasinya PT Gajah Mada yang menang tender memperbaiki jalan lingkar. Hanya saja sejauh ini pengerjaan perbaikan jalan lingkar yang dilakukan pihak ketiga belum menunjukkan hasil, bahkan terlihat makin rusak saja. Sayang saja dana miliaran habis sia-sia kalau perbaikannya seperti ini," ungkapnya.
Sementara itu, pengawasan lapangan dan pengawas pembangunan matching plane PT Gajah Mada, Yusril ketika ditemuin awak media untuk dikonfirmasi terkesan arogan. Bahkan ketika ditanya apakah pendirian matching plane PT Gajah Mada di jalan lingkar ada izin nya, Yusril tidak dapat banyak kata dan tidak dapat menunjukkan bukti surat izin pendirian.
"Saya hanya mengawasi saja. Kalau soal izin matching plane ini saya tidak tahu pak. Silakan saja datang ke kantor di Palembang. Nah kalau untuk perbaikan sejauh ini jalan lingkar sudah dilakukan perbaikan dibebeapa titik," pungkasnya (MK)
No comments