Dua Tahun Pemerimtahan Jokowi-Jk, 1 Juta Lebih Bidang Tanah Punya Sertifikat
Menteri ATR Sofyan Djalil.
|
Jakarta,BERITA-ONE.COM-Pemerintah
meletakkan fondasi utama di tahun kedua pada percepatan pembangunan nasional.
Sejumlah kementerian Kabinet Kerja melaporkan laporan kerja dalam press
birefing “2 Tahun Kerja Nyata Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) –
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK)”, di Gedung Bina Graha, Kantor Staf Presiden,
Jakarta, Jumat (21/10) pagi.
Menteri Agraria dan Tata Ruang(ATR)/Kepala Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Sofyan Djalil dalam paparan mengemukakan, kementerian
ATR melakukan Program Refomasi Agraria 9 Juta Hektar yang menjadi salah satu
program utama pemerintah untuk memberikan kepastian hukum, kepemilikian tanah,
mencegah krisis ekologi, mengatasi konflik, mengurangi kemiskinan, dan
menurunkan ketimpangan ekonomi di pedesaan.
Sofyan memaparkan, sepanjang tahun 2015-2016
program ini telah memperoleh luasan tanah 0,66 juta hektar atau 2,2 juta
bidang. Beberapa program capaian yang telah terlaksana antara lain program
legalisasi aset melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) sebanyak
1.064.151 bidang tanah.
“Ternyata program ini mempunyai impact yang
sangat besar sekali bagi orang-orang kecil yang mendapatkan sertipikat. Kita
ketahui bahwa tanah yang tidak bersertipikat dikatakan sebagai death asset
tetapi begitu kita berikan sertipikat, tanah itu akan bisa dimanfaatkan, baik
untuk aset permodalan dan lain-lain,” kata Sofyan.
Di beberapa tempat di mana PRONA telah berjalan
baik, menurut Sofyan, terlihat tingkat akses terhadap perbankan meningkat di
kalangan masyarakat berpenghasilan rendah yang mendapatkan sertipikat tanah.
Oleh sebab itu, untuk 2017 Kementerian ATR/BPN, lanjut Sofyan, akan mempercepat
menjadi 5 juta bidang tanah, 2018 menjadi 7 juta, dan 2019 menjadi 9 juta
bidang tanah.
“Targetnya kita akan mengeluarkan sertipikat
sampai tahun 2019 insya Allah antara 23-25 juta sertipikat yang akan
dikeluarkan,” jelas Sofyan seraya menyebutkan, kota Jakarta, Surabaya, dan
Batam akan menjadi pilot project.
Diharapkan, 2025 seluruh tanah di Indonesia akan
bersertipikat atau paling tidak terdaftar, sehingga bisa diketahui status,
pemilik, dan luasannya. Dengan demikian, kepastian hukum atas tanah akan
meningkat, dan yang lebih penting dari sisi inklusi finansial masyarakat
pemilik tanah bersertipikat bisa mengakses perbankan.
Kementerian ATR/BPN, lanjut Sofyan, juga akan
mengejar kekurangan tenaga juru ukur menggunakan tenaga juru ukur swasta
berlisensi. Ia mengakui, kekurangan tenaga juru ukur menyebabkan terhambatnya
proses penerbitan sertipikat dari Kementerian ATR/BPN. Untuk itu perlu ada
berbaikan regulasi dengan membuat Kantor Jasa Sertifikasi Pengukuran Tanah.
Selain itu, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) sepanjang tahun 2015 mencapai Rp13,8 triliun dan hingga
Oktober 2016 sebesar Rp9,7 triliun. Sementara, capaian Pajak Penghasilan (PPh)
atas transaksi pemindahan hak atas tanah dan bangunan yang menjadi sumber
pemasukan penerimaan negara hingga akhir September sebesar Rp4,3 triliun dan
Rp4,5 triliun pada 2015.
“Di samping itu beberapa refromasi internal yang
kita lakukan untuk memperbaiki mekanisme, untuk menjamin kepastian hukum, dan
salah satu program yang sangat penting adalah kita harus memerangi mafia
tanah,” tegas Sofyan.
Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Djalil menambahkan,
dalam waktu dekat pihaknya akan membuat tim saber mafia tanah. “Nanti akan kita
presentasikan pada rapat kabinet untuk pembentukan tim saber mafia tanah,”
ujarnya.
Humas Seskab menhatakan, sejumlah menteri yang
menghadiri acara press briefing yaitu Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan,
Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan
Djalil, Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti, serta Menteri Komunikasi dan Informatika
Rudiantara. Bertindak sebagai moderator Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki
dan Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi. (SUR).
No comments