Obat Kadaluarsa Beredar Di Pasar Pramuka.
Obat kadaluarsa |
JAKARTA,BERITA-ONE.COM-Aparat Subdit Industri dan
Perdagangan (Indag) Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda
Metro Jaya, membongkar sindikat penjual obat kadaluarsa. Modus pelaku adalah
dengan menghapus dan mengubah tahun kadaluarsa obat dari berbagai merek dan
jenis, yang dipasarkan kembali di Pasar Obat Pramuka, Jakarta Timur.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya
(PMJ) Kombes Pol Fadil Imran, dalam keterangannya, Senin 5 September 2016,
mengatakan, pengungkapan kasus ini bermula dari informasi masyarakat tentang
adanya rumah yang diduga menyimpan obat kedaluwarsa dan diperdagangkan kembali.
"Penyidik langsung mengembangkan, dengan
mengawasi kegiatan di sebuah rumah di Jalan Kayu Manis RT 007/14 Kelurahan Utan
Kayu Selatan, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur," kata Kombes Fadil.
Di rumah yang dijadikan sebagai pusat penyimpan
obat tersebut, penyidik menemukan ada 1.963 streep obat kadaluarsa berbagai
merek, di antaranya flavin obat untuk alergi, sohobal, obat pelancar darah,
Scopamin plus obat sakit perut, Zincare obat untuk diare, Lodia obat untuk
Diare, Forbetes obat untuk sakit gula, atau obat diabetes, Lipitor obat untuk
Kolesterol, Acran obat untuk Maag, Cindala obat antibiotik, Mersikol obat nyeri
tulang, Biosanbe obat untuk vitamin zat besi, Imudator obat untuk vitamin daya
tahan tubuh, Imudator obat untuk vitamin daya tahan tubuh, Padonil obat untuk,
dan Nutrichol obat untuk vitamin.
"Selain itu, di TKP (Tempat Kejadian
Perkara) ditemukan 49 botol obat cair kadaluarsa berbagai macam merek, 24
karung obat kadaluarsa berbagai merek, 122 streep obat berbagai macam jenis,
dan merek yang sudah diganti masa expirednya, dan tiga botol cotton bud,"
ujarnya.
Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa rumah
yang dijadikan sebagai sentra penyimpanan obat dan sebagai tempat mengubah
kadaluarsa obat adalah milik tersangka M. Ia juga memiliki toko obat di Pasar
Pramuka.
Kombes Fadil menuturkan, pasar obat Pramuka yang
merupakan salah satu sentra pusat grosir obat-obatan terbesar di Jakarta,
ternyata dijadikan tempat bagi tersangka M, untuk meraup untung besar dengan
menjual obat tersebut.
"Tersangka M menjual obat kadaluarsa dalam
jumlah satuan maupun jumlah grosiarn ke pelanggannya yang langsung datang ke
tokonya," ucapnya.
Dari bisnis menjual obat kadaluarsa, kata Kombes
Fadil, tersangka M bisa meraup untung hingga ratusan juta rupiah setiap
bulannya.
"Dari pengakuan tersangka M bahwa ia sudah
menjadi penjual obat di Pasar Pramuka sejak tahun 2006," ujarnya.
Kasus ini, masih terus dikembangkan penyidik dan
bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI untuk mengungkap
peredaran dan distribusi obat yang dimiliki tersangka M.
"Peredaran obat kadaluarsa bisa mengancam
kesehatan konsumen dan mengancam jiwa, karena seharusnya, obat tersebut harus
segera dimusnahkan, bukan malah diperjualbelikan secara bebas," ucao Kombes
Fadil.
Pihak PMJ mengatakan, atas perbuatannya tersangka
M dijerat Pasal 196 Jo Pasal 98 ayat 2 UU RI NO 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dengan ancaman penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar,
dan Pasal 62 Jo Pasal 62 Jo Pasal 8 UU RI No 8 Tahun 1999 tentang Pelaku Usaha
yang melanggar Ketentuan dengan ancaman penjara paling lama lima tahun, atau
pidana denda paling banyak Rp2 miliar.(PMJ/SUR)
No comments